Kamis, 11 Mei 2017

HADRATUSY SYEIKH HASYIM ASY’ARI MENOLAK AJARAN WAHABI

https://youtu.be/YBO6JnOs82g

Di dalam kitab “Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah” karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari (pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama) halaman 9-10 diterangkan sebagai berikut:

قد كان مسلمو الأقطار الجاوية فى الأزمان السالفة الخالية متفقي الاراء و المذهب , متحدي المأخذ و المشرب , فكلهم فى الفقه على المذهب النفيس مذهب الامام محمد بن ادريس , و فى أصول …الدين على مذهب الامام أبى الحسن الأشعري , و فى التصوف على طذهب الامام الغزالي و الامام أبى الحسن الشاذلي رضي الله عنهم أجمعين

Artinya :
Pada masa lalu Umat Islam di Jawa sepakat dalam berpendapat dan bermadzhab dengan satu rujukan dan pegangan, yaitu dalam bidang fiqih mengikuti kepada Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, dalam masalah ushuluddin mengikuti kepada madzhab Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, dan dalam bidang tasawuf mengikuti kepada Imam Al-Ghozali dan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili.

قال العلامة الشيخ

ثم انه حدث فى عام ألف و ثلاثمائة و ثلاثين أحزابا متنوعة , و أراء متدافعة , و أقوال متضاربة , و رجال متجاذبة , فمنهم سلفيون فائمون على ما عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين , و التمسك بالكتب المعتبرة المتداولة , و محبة أهل البيت و الأولياء و الصالحين , و التبرك بهم أحياء و أموات , و زيارة القبور , و تلقين الميت , و الصدقة عنه , و اعتقاد الشفاعة و نفع الدعاء و التوسل و غير ذلك

Artinya :
Kemudian pada tahun 1330 H muncul bermacam-macam golongan, pendapat-pendapat yang bertentangan, pikiran-pikiran yang berseberangan , dan para tokohnya saling tarik-menarik (kontroversi). Dari mayoritas para tokoh, ada para ulama salaf yang konsisten terhadap kesalafan-nya, yang mengikuti terhadap madzhab yang telah ditentukan, dan berpegang teguh pada kitab-kitab yang dianggap presentatif (mu’tabaroh) yang biasa beredar (masyhur). Mencintai ahli bait (keluarga Nabi Muhammad SAW), mencintai para wali dan orang-orang yang shaleh, mengambil berkah kepada mereka, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, ziarah kubur, men-talqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini adanya syafa’at (pertolongan), manfa’at do’a, wasilah dan lain-lain.

 و منهم فرقة يتبعون رأي محمد عبده و رشيد رضا , و يأخذون من بدعة محمد بن عبد الوهاب النجدي , و أحمد بن تيمية و تلميذه ابن القيم و ابن عبد الهادى , فحرموا ما أجمع المسلمون على ندبه , و هو السفر لزيارة قبر رسول الله صلى الله عليه و سلم , و خالفو هم فيما ذكر و غيره , قال ابن تيميه فى فتاويه : و اذا سفر لاعتقاده أنها أي زيارة قبر النبي فلى الله عليه و سلم طاعة , كان ذلك محرما باجماع المسلمين , فصار التحريم من الأمر المقطوع به

Artinya :
Sebagian lagi ada golongan yang mengikuti kepada pendapat Muhammad Abduh dan Rosyid Ridho.Mereka mengikuti kepada perbuatan bid’ah Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi, Ahmad Ibnu Taimiyah, dan kedua muridnya, Ibnul Qoyyim dan Ibnu Abdil Hadi. Golongan ini mengharamkan apa yang telah disepakati oleh mayoritas umat Islam untuk dilaksanakan sebagai sunnah Nabi, seperti berziarah ke makam Rasulullah. Mereka menolak semua hal yang telah disebutkan di atas dan hal-hal lainnya.
Ibnu Taimiyah dalam kitab “Fatawi”-nya berpendapat: Apabila seseorang melakukan ziarah ke makam Rasulullah, karena yakin bahwa ziarah itu perbuatan taat, ziarah yang dianggapnya menurut Ibnu Taimiyah adalah haram yang telah disepakati oleh kaum muslimin, maka ziarahnya adalah perbuatan yang haram secara pasti.

 قال العلامة الشيخ محمد بخيت الحنفي المطيعي فى رسالته المسماة تطهير الفؤاد من دنس الاعتقاد : و هذا الفريق قد ابتلي المسلمون بكثير منهم سلفا و خلفا , فكانوا وصمة و ثلمة فى المسلمين و عضوا فاسدا يجب قطعه حتى لا يعدى الباقى ف…هو كالمجذوم يجب الفرار منه , فانهم فريق يلعبون بدينهم , يذمون العلماء سلفا و خلفا , و يقولون : انهم غير معصومين فلا ينبغى تقليدهم , لا فرق فى ذلك بين الأحياء و الأموات , و يطعنون عليهم و يلقون الشبهات , و يذرونها فى عيون بصائر الضعفاء لتعمى أبصارهم عن عيوب هؤلاء , يقصدون بذلك القاء العداوة و البغضاء , بحلولهم الجو و يسعون فى الأرض فسادا , يقولون على الله الكذب و هم يعلمون , , يزعمون أنهم قائمون بالأمر بالمعروف و النهي عن المنكر , حاضون الناس على اتباع الشرع و اجتناب البدع , و الله يشهد انهم لكاذبون , قلت : و لعل وجهه أنهم من أهل البدع و الأهواء , قال القاضى عياض فى الشفاء : و كان معظم فسادهم على الدين , و قد يدخل فى أمور الدنيا بما يلقون بين المسلمين من العداوة الدينية التى تسرى لدنياهم , قال العلامة ملا على القارى فى شرحه : و قد حرم الله تعالى الخمر و الميسر لهذه العلة كما قال تعالى : انما يريد الشيطان أن يوقع بينكم العداوة و البغضاء فى الخمر و الميسر

Artinya :
Menurut Al-’Allamah Syeikh Muhammad Bahit Al-Hanafi Al-Muthi’i dalam kitabnya yang bernama “Tathirul Fu’adi min Danasil I’tiqod” (Mensucikan Hati Dari Keyakinan Yang Kotor), ia berpendapat: “Bahwa golongan ini merupakan cobaan besar bagi umat Islam yang salaf (tempo dulu) maupun yang kholaf (modern)”. Mereka adalah aib, pemecah belah umat, dan sebagai organ yang rusak yang harus dipotong, sehingga tidak menular ke organ lainnya. Ia bagaikan penyakit kusta yang harus dihindari. Mereka adalah golongan menjadikan agama sebagai permainan. Mereka mencaci maki ulama salaf dan ulama kholaf, mereka sambil berkata: Mereka semuanya tidak ma’shum (tidak terpelihara dari perbuatan dosa), maka tidak layak untuk mengikutinya dan tidak ada bedanya yang hidup dan yang mati.
Golongan tersebut mendiskreditkan ulama dan menciptakan persoalan-persoalan syubhat, kemudian menyebarkannya secara luas ke masyarakat awam supaya orang awam tidak mengerti terhadap kekuarangan yang ada pada golongan tersebut. Tujuan mereka… adalah menebar permusuhan dan kebencian. Mereka berkeliling di atas muka bumi untuk menciptakan kerusakan. Mereka berkata bohong tentang Allah, padahal mereka tahu tentang hal yang sebenarnya. Mereka berdalih sedang melakukan “amar ma’ruf nahyi munkar” (memerintah kebaikan dan mencegah kemunkaran). Mereka mengajak manusia mengikuti agama yang mereka jalankan dan menjauhkan bid’ah (menurut mereka). Padahal, Allah tahu bahwa mereka adalah para pendusta. Menurut pendapat saya, sangat mungkin mereka adalah para pelaku bid’ah yang selalu mengikuti hawa nafsu mereka.
Imam Qadhi ‘Iyadh berkata: Kehancuran terbesar dalam agama sampai urusan dunia adalah karena ulah perbuatan mereka dengan menimbulkan permusuhan antar umat Islam, yang menyebabkan mereka terperangkap dalam masalah urusan dunia.
Al-’Allamah… Ali Al-Qori dalam penjelasannya berkata: Allah SWT telah mengharamkan khamar (minuman keras yang memabukkan) dan judi dengan alasan ini, sebagaimana dalam firman Allah SWT Q.S. Al-Ma’idah : 91

انما يريد الشيطان أن يوقع بينكم العداوة و البغضاء فى الخمر و الميسر

Artinya:
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang. Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”

Rabu, 26 April 2017

Ahlusunnah Dan Kebenaran Ajarannya

Ajaran Islam bukanlah sebuah ajaran yang dipahami sebagian kecil kelompok yang secara lantang mengatakan “Kita kembali ke Quran dan Hadis”, atau “Kita salat seperti Rasulullah, bukan menurut Imam Syafi’i” dan slogan-slogan lainnya.

Islam yang telah lama sampai kepada kita adalah ajaran yang telah dibawa oleh ulama-ulama terkemuka dalam Islam melalui jalur ilmu, guru dan murid, terus hingga saat ini hingga dapat menjaga kemurnian ajarannya, seperti sabda Nabi Muhammad Saw:

عَنْ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْعَذَرِي قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَرِثُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفَوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ (رواه البيهقي)
  
“Dari Ibrahim bin Abdurrahman al-Adzari, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda:  Ilmu Islam ini akan diwarisi oleh orang-orang yang adil dari setiap generasi Islammereka akan membersihkan dari penyimpangan makna oleh para ekstrimis, pengagamaan sesuatu yang bukan agama oleh orang-orang yang membatalkan ajaran Islam (seperti para orientalis), dan penyimpangan harfiyah atau maknawiyah oleh orang-orang bodoh” (HR al-Baihaqi. Para ulama ahli hadis menilainya sahih)

Karena pentingnya jalur ulama yang membawa ajaran Islam, para ulama Salaf menegaskan:

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ (رواه مسلم)
  
Muhammad bin Sirin berkata: “Ilmu ini adalah agama. Maka lihatlah oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama kalian” (Riwayat Muslim)

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ (رواه مسلم)
  
Abdullah bin Mubarak berkata: “Sanad adalah bagian dari agama. Andai tidak ada sanad, maka orang akan berkata sesuai kehendaknya” (Riwayat Muslim)

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْقَوَائِمُ. يَعْنِى الإِسْنَادَ (رواه مسلم)

Abdullah (bin Mubarak) juga berkata: “Yang membedakan antara kita dan mereka adalah sanad” (Riwayat Muslim)

Berikut adalah salah satu sanad ilmu Islam bagi ulama Ahlisunnah wal Jamaah yang terus bersambung kepada ulama Salaf hingga Rasulullah Saw:

Syaikhona Kholil Bangkalan Madura dari Syaikh Abu Bakar bin Al Arif Billah As Sayid Muhammad Syatho dari Syaikh Muhammad Nawawi Al Bantani dari Syaikh Ahmad Zaini Dahlan dari Syaikh Abdulloh bin Umar dari Syaikh Muhammad Solih Rois dari Syaikh Ali Al Wana’i dari Syaikh Sulaeman bin Muhammad bin Umar Al Bujaerimi Al Mishriy dari Syaikh Ahmad bin Romadlon dari Syaikh Sulaeman Al Babili dari Syaikh Abdul Aziz Zamzami dari Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al Mulaibari dari Wajihuddin Abdurrohman bin Ziyad Az Zubaedi dari Syihabuddin bin Ahmad bin Hajar Al Haitamiy (Syaikh Ibn Hajar) dari Abu Yahya Zakarya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakarya Al Anshori (Syaikhul Islam Zakarya Al Anshori) dari Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahalliy dari Syaikh Solih bin Umar bin Ruslan bin Nasir bin Solih Al Bulqini dari Syaikh Umar Al Bulqini dari Syaikh Abdurrohim Al Quroisyiy dari Syaikh Hibatulloh Al Baar dari Syaikhul Islam Muhyiddin bin Zakarya bin Syarifuddin dari Imam Kamal Ardabili dari Syaikh Muhammad Naisaburi dari Abu Hamid bin Muhammad Al Ghozali Aththusiy (imamGhozali) dari Abdul Malik ibn Yusuf bin Muhammad Al Juwaeni (imam Haromain) dari Abu Abdillah Muhammad Al Juwaeni dari Imam Abu Bakar Qofal dari Imam Ibrohim Al Maruzi dariImam Ahmad ibn Umar bin Surej Abu Al Abas Al Baghdadi dari Imam Abu Al Qosim dari Imam Abu Ibrohim Ismail bin Yahya Al Mazani dari AsySyaikh Al Imam Al A’zhom Ibn Abdillah bin IdrisAsysyafi’i (imam Syafi’i pendiri madzhab syafi’i ) dari Al Imam Malik bin Anas dari Sayiduna Syafi’Maula Abdillah dari Sayiduna Abdulloh bin Umar dari Rosululloh Shollahu ‘Alaihi Wasallam. (Silsilah Ilmu Masyayikh PP Al Falah Ploso Kediri)

Amaliah Ahlisunnah Berdasarkan Ijtihad Bukan Bid’ah

Amaliah yang telah diamalkan oleh umat Islam Ahlisunnah wal Jamaah, baik secara ubudiyah, fadlail, tradisi yang tidak bertentangan dengan Islam dan sebagainya adalah bersumber dari Ijtihad, baik dari al-Quran, Hadis, Ijma’ Ulama maupun Qiyas. Keempat sumber hukum ini berlandaskan firman Allah:

قوله : { أَطِيعُواْ الله وَأَطِيعُواْ الرسول } يدل على وجوب متابعة الكتاب والسنة . قوله : { وَأُوْلِى الأمر مِنْكُمْ } يدل عندنا على أن إجماع الأمة حجة … { فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْء فَرُدُّوهُ إِلَى الله والرسول } يدل عندنا على أن القياس حجة (تفسير الرازي – ج 5 / ص 248)
  
“Firman Allah yang artinya: (Patuhilah Allah dan Patuhilah Rasulullah) adalah kewajiban mengikuti al-Quran dan Sunah. Firman Allah yang artinya: (Dan Ulil Amri) menunjukkan bahwa Ijma’ ulama adalah sebuah hujjah. Dan firman Allah yang artinya: (Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya) menunjukkan bagi kita bahwa Qiyas adalah sebuah hujjah” (Tafsir al-Razi Mafatih al-Ghaib 5/248)
Dengan demikian, banyaknya amaliah Ahlisunnah yang melalui metode Qiyas, seperti mengucapkan niat, kirim pahala al-Quran dan sebagainya adalah menggunakan Qiyas yang dibenarkan dalam Islam, dan bukan bid’ah seperti yang dituduhkan sebagian kecil kelompok.
Sedangkan yang berkaitan dengan tradisi-tradisi yang baik adalah berlandaskan atsar berikut:

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : مَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ سَيّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّىءٌ وَقَدْ رَأَى الصَّحَابَةُ جَمِيْعًا أَنْ يَسْتَخْلِفُوْا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (رواه احمد والحاكم والطبراني والبزار . قال الذهبي قي التلخيص : صحيح وقال الهيثمي رجاله ثقات)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Apa yang dilihat baik oleh umat Islam, maka baik pula bagi Allah. Dan apa yang dilihat buruk oleh umat Islam, maka buruk pula bagi Allah. Para sahabat kesemuanya telah berpandangan untuk mengangkat khalifah Abu Bakar” (Riwayat Ahmad, al-Hakim, al-Thabrani dan al-Bazzar. Al-Dzahabi berkata: Sahih. Al-Haitsami berkata: Para perawinya terpercata)

Ahlisunnah Wal Jamaah Diantara Aliran Lain

Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam saat ini yang terbesar dianut di dunia adalah Ahlisunnah wal Jamaah, yang secara akidah bermadzhab kepada Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi, juga di bidang fikih bermadzhab kepada salah satu dari 4 madzhab, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal. Ini adalah kelompok terbesar (al-Sawad al-A’dzam) dalam Islam sejak masa ulama Salaf ribuan tahun yang lalu. Karena Ahlisunnah adalah kelompok mayoritas dalam Islam, maka ada jaminan dari Rasulullah bahwa mereka tidak akan sesat secara massal:

مَا كَانَ اللهُ لِيَجْمَعَ هَذِهِ الْأُمَّةَ عَلَى ضَلَالَةٍ أَبَدًا، وَيَدُ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ هَكَذَا، فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ، فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ
  
“Allah tidak akan mengumpulkan umat ini di atas kesesatan selamanya. Kuasa Allah berada dalam jamaah seperti ini. Maka ikutilah al-Sawad al-A’dzam oleh kalian. Barangsiapa yang menyendiri (dari jamaah) maka menyendirilah dalam neraka”

Berkenaan dengan hadis ini ulama Wahabi, Syaikh Albani berkata:

قال الشيخ في مقدمة الصحيحة : ] رواه ابن أبي عاصم في السنَّة وإسناده ضعيف كما بينته في ظلال الجنة رقم 80، ولكنه حسن بمجموع طرقه كما شرحته في الصحيحة 1331 وغيره[. انظر: هداية الرواة ]171[. (تراجعات العلامة الألباني في التصحيح والتضعيف – ج 1 / ص 13)
  
“Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Ashim dalam kitab al-Sunnah. Sanadnya dlaif sebagaimana saya jelaskan dalam Dzilal al-Jannah. Tetap hadis ini HASAN dengan akumulasi jalur-jalur riwayatnya, sebagaimana saya jelaskan dalam [al-Silsilah] al-Shahihah dan lainnya” (Taraju’at Al-Albani 1/13)

Penjelasan dalam banyak hadis tentang [Ma Ana alaihi wa Ashabi] juga ditemukan riwayat yang mempertegas makna al-Sawad al-A’dzam sebagai Ahlisunnah wal Jamaah:

إِنَّ بَنِى إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ سَتَزِيْدُ عَلَيْهِمْ فِرْقَةً كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلاَّ السَّوَادَ الْأَعْظَمَ (أخرجه الطبرانى فى الكبير وفى الأوسط وقال الهيثمي : فيه أبو غالب وثقه ابن معين وغيره وبقية رجال الأوسط ثقات وكذلك أحد إسنادى الكبير عن أبى أمامة)

 “Sesungguhnya Bani Israil terpercah menjadi 71 golongan. Dan umat ini akan melebihi Bani Israil secara kelompoknya. Semua di neraka, kecuali kelompok terbesar” (HR al-Thabrani dari Abu Umamah. Al-Hafidz al-Haitsami berkata: Di dalam sanadnya terdapat Abu Ghalib, ia dinilai tsiqah oleh Ibnu Ma’in dan lainnya, dan perawi yang lain adalah terpercaya. Begitu pula salah satu dua sanad dalam al-Mu’jam al-Kabir)

Ust. Ma’ruf Khozin, Dewan Pakar ASWAJA NU Center PWNU Jawa Timur
http://www.hujjahnu.com/2016/03/ahlisunnahdan-kebenaran-ajarannya-m.html

Dalil Membaca Surat Yasin Untuk Orang Mati

Berikut riwayat dari kitab Musnad Ahmad mengenai pembacaan Yasin di samping orang yang akan meninggal yang telah menjadi amaliyah ulama terdahulu dan terus diamalkan oleh warga NU:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنِي أَبِي ثَنَا أَبُوْ الْمُغِيْرَةِ ثَنَا صَفْوَانُ حَدَّثَنِي الْمَشِيْخَةُ اَنَّهُمْ حَضَرُوْا غُضَيْفَ بْنَ الْحَرْثِ الثَّمَالِيَ حِيْنَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السُّكُوْنِي فَلَمَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ فَكَانَ الْمَشِيْخَةُ يَقُوْلُوْنَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا قَالَ صَفْوَانُ وَقَرَأَهَا عِيْسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ بْنِ مَعْبَدٍ (مسند أحمد بن حنبل رقم 17010)
  
“Para guru bercerita bahwa mereka mendatangi Ghudlaif bin Hars al-Tsamali ketika penyakitnya sangat parah. Shafwan berkata: Adakah diantara anda sekalian yang mau membacakan Yasin? Shaleh bin Syuraih al-Sukuni yang membaca Yasin. Setelah ia membaca 40 dari Surat Yasin, Ghudlaif meninggal. Maka para guru berkata: Jika Yasin dibacakan di dekat mayit maka ia akan diringankan (keluarnya ruh) dengan Surat Yasin tersebut. (Begitu pula) Isa bin Mu’tamir membacakan Yasin di dekat Ibnu Ma’bad” (Musnad Ahmad No 17010)

Al-Hafidz Ibnu Hajar menilai atsar ini:

وَهُوَ حَدِيْثٌ حَسَنُ اْلإِسْنَادِ (الإصابة في تمييز الصحابة للحافظ ابن حجر 5 / 324)

 “Riwayat ini sanadnya adalah hasan” (al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabat V/324)

Ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar juga menilai riwayat amaliyah ulama salaf membaca Yasin saat Ghudlaif akan wafat sebagai dalil penguat (syahid) dari hadis riwayat Ma’qil bin Yasar yang artinya: Bacakanlah Surat Yasin di dekat orang yang meninggal.” (Raudlah al-Muhadditsin X/266)
Al-Hafidz Ibnu Hajar memastikan Ghudlaif ini adalah seorang sahabat:

هَذَا مَوْقُوْفٌ حَسَنُ اْلإِسْنَادِ وَغُضَيْفٌ صَحَابِىٌّ عِنْدَ الْجُمْهُوْرِ وَالْمَشِيْخَةُ الَّذِيْنَ نَقَلَ عَنْهُمْ لَمْ يُسَمُّوْا لَكِنَّهُمْ مَا بَيْنَ صَحَابِىٍّ وَتَابِعِىٍّ كَبِيْرٍ وَمِثْلُهُ لاَ يُقَالُ بِالرَّأْىِ فَلَهُ حُكْمُ الرَّفْعُ (روضة المحدثين للحافظ ابن حجر 10 / 266)
  
“Riwayat sahabat ini sanadnya adalah hasan. Ghudlaif adalah seorang sahabat menurut mayoritas ulama. Sementara ‘para guru’ yang dikutip oleh Imam Ahmad tidak disebut namanya, namun mereka ini tidak lain antara sahabat dan tabi’in senior. Hal ini bukanlah pendapat perseorangan, tetapi berstatus sebagai hadis yang disandarkan pada Rasulullah (marfu’)” 
(Raudlah al-Muhadditsin X/266)

Demikian halnya dengan atsar di bawah ini:

حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ عَنْ حَسَّانَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ أُمَيَّةَ الأَزْدِيِّ عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ عِنْدَ الْمَيِّتِ سُوْرَةَ الرَّعْدِ (مصنف ابن أبي شيبة رقم 10957)
  
“Diriwayatkan dari Jabir bin Zaid bahwa ia membaca surat al-Ra’d di dekat orang yang telah meninggal” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10967)

Bahkan ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar memperkuat riwayat tersebut:

وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِى شَيْبَةَ مِنْ طَرِيْقِ أَبِى الشَّعْثَاءِ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ وَهُوَ مِنْ ثِقَاتِ التَّابِعِيْنَ أَنَّهُ يَقْرَأُ عِنْدَ الْمَيِّتِ سُوْرَةَ الرَّعْدِ وَسَنَدُهُ صَحِيْحٌ (روضة المحدثين للحافظ ابن حجر 10 / 266)
  
“Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari jalur Jabir bin Zaid, ia termasuk Tabi’in yang terpercaya, bahwa ia membaca surat al-Ra’d di dekat orang yang telah meninggal. Dan Sanadnya adalah sahih! (Raudlat al-Muhadditsin X/226)
Riwayat lain yang menguatkan adalah:

حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنِ الْمُجَالِدِ عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ كَانَتِ الأَنْصَارُ يَقْرَؤُوْنَ عِنْدَ الْمَيِّتِ بِسُوْرَةِ الْبَقَرَةِ (مصنف ابن أبي شيبة رقم 10953)

 “Diriwayatkan dari Sya’bi bahwa sahabat Anshor membaca surat al-Baqarah di dekat orang yang telah meninggal” (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10963)
Sedangkan setelah wafat, diriwayatkan dari Sayidina Umar:

عَنْ أَبِي خَالِدٍ اْلاَحْمَرِ عَنْ يُوْنُسَ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ عُمَرَ قَالَ اُحْضُرُوْا أَمْوَاتَكُمْ فَأَلْزِمُوْهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَغْمِضُوْا أَعْيُنَهُمْ إِذَا مَاتُوْا وَاقْرَؤُوْا عِنْدَهُمُ الْقُرْآنَ (أخرجه عبد الرزاق (3/386 ، رقم 6043) ، وابن أبى شيبة (2/448 ، رقم 10882)
  
“Diriwayatkan dari Khalid, dari Yunus, dari al-Hasan dari Umar, ia berkata: “Datangilah orang yang meninggal, tuntunlah dengan kalimat Lailaaha illa Allah, pejamkan matanya jika telah mati, dan bacakanlah al-Quran di dekatnya (Riwayat Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf 3/386 No 6043 dan Ibnu Syaibah 2/448 No 0882, juga diriwayatkan oleh Said bin Manshur)

Isro’ Mi’raj dengan Ruh dan Jasadnya


Isra’ adalah perjalanan di malam hari dari Masjid al-Haram (Makkah) ke Masjid a-Aqsha (Palestina). Sedangkan Mi’roj adalah naik ke langit, sampai ke langit ang tujuh bakan ke tempat yang paling tinggi yaitu Sidrah al-Muntaha. Peristiwa luar bisa itu terjadi pada malam senin tanggal 27 Rajab 621 M, satu tahun sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah. Allah berfirman :

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الاسرأ ,1)

“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsayang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (al-Isra’ : 1)

Secara gamblang, ayat ini menyatakan bahwa Allah SWT telah memberangkatkan hambanya untuk melakukan safari suci, yaitu isra’ mi’raj. Redaksi yang digunakan adalah kata ‘abdih’ (hambanya). Yang disebut hamba terdiri dari ruh dan jasad. Jasad tanpa ruh dikatakan mayit dan jasad tanpa ruh tidak bisa dikatakan manusia. Karena yang diberangkatkan oleh Allah SWT adalah seorang hamba termulia, yaitu Nabi Muhammad SAW, maka sudah tentu yang melakukan perjalanan itu adalah ruh sekaligus jasadnya. Hal itu bukan sesuatu yang tidak mungkin. Sangat mungkin sekali, sebab beliau berangkat tidak dengan kemauannya sendiri, akan tetapi Allah SWT yang berkehendak. Tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT jika Dia berkehendak.

Ibarat seekor semut yang ‘menumpang’ naik pesawat terbang dari Jakarta menuju Surabaya, kemudian kembali lagi ke Jakarta. Yang pasti, kaum semut tidak akan percaya akan cerita si semut yang telah melakukan perjalanan dalam waktu sesingkat itu. Tapi hal itu sangat mungkin terjadi, sebab dia memakai kendaraan yang kecepatannya tidak pernah terbayang oleh kaum semut. Begitu pula dengan isra’ mi’raj Nabi SAW, peristiwa tersebut tidak akan terbayang oleh akal Manusia, sebab yang digunakan Nabi SAW adalah kendaraan yag kecepatannya di luar jangkauan serta tidak pernah terbayangkan oleh akal manusia, yakni Buroq.

Oleh karena itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’ Mi’raj dengan ruh dan jasadnya. Imam Nashiruddin Abu al-Khair ‘Abdullah bin Umar al-Baidhawi mengatakan bahwa:

واختلف في أنّه كان فى المنام أو فى اليقظة بروحه أوجسده, والاكثار على أنّه أسري بجسده الي بيت المقدس ثم عرج به الى السموات حتّى انتهى الى سدرة المنتهى. (أنوار التنزيل وأسرار التأويل, 1 ص 576)

“Dan diperselisihkan apakah isra’ dan mi’raj terjadi pada waktu tidur (sekadar mimpi belaka) ataukah dalam keadaan sadar? Dengan ruh (saja) atau sekaligus ruh dan jasadnya? Mayoritas ulama berpendapat bahwa Allah SWT meng-isra’ kan Nabi SAW dengan jasadnya (dari Masjid al-Haram) ke Bait al-Maqdis kemungkinan menaikkan beliau ke beberapa langit sampai berhenti di Sidrah al-Muntaha. (Anwar an-Tanzil wa Asrar al-Tanwil, Jus I, hal 576).

Paparan itu menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan isra’ mi’raj dengan jasad dan ruhnya. Sepintas muncul pertanyaan di benak kita, bisakah hal itu? Pertanyaan ini sejak awal terjadi. Orang-orang Quraisy Makkah yang mempercayai peristiwa ajaib tersebut hanya Abu Bakar RA dan beberapa orang yang kokoh imannya yang kangsung mengimaninya dan bahkan Abu Bakar RA berkata, “Jangankan peristiwa itu, lebih aneh dari itupun aku percaya, kalau Nabi Muhammad SAW yang mengatakannya”. Itulah sebabnya beliau diberi gelar al-Siddiq.

KH. Muhyiddin Abdusshomad
Fiqih Trasionalis; Jawaban Pelbagai Persoalan Agama Sehari-hari, 270-272

Mengacungkan Jari Telunjuk Ketika Tasyahhud


Ulama madzhab Syafi’i berpendapat bahwa  ketika duduk membaca Tasyahhud dalam shalat, sunnat hukumnya meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua paha serta menggenggam seluruh jari tangan kanan kecuali jari telunjuk.

Mereka juga berpendapat sunnat hukumnya mengangkat jari telunjuk tersebut dengan tanpa mengerak-gerakkannya ketika sampai pada bacaan الا الله  . Praktek tersebut adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abdurrahman Al Mu’awiy yang mengatakan:

كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى

“Rasulullah SAW ketika duduk dalam shalat, meletakkan telapak tangan kanan di atas paha kanan, menggenggam semua jari-jari dan member isyarat dengan jari telunjuk yang di sebelah jempol serta meletakkan telapak tangan kanan di atas paha kanan” (Shahih Muslim, nor 913)

Sedangkan hikmah di balik praktek demikian ini adalah sebagai symbol penegasan dalam mengesakan Allah SWT. (Az Zubad; hal. 24)

Adzan Saat Pemakaman

Istidlal Adzan di Kuburan

Dalam pandangan ulama Syafiiyah, adzan dan iqamah tidak hanya diperuntukkan sebagai penanda masuknya salat, baik berdasarkan hadis maupun mengimplementasikan makna hadis. Oleh karenanya ada sebagian ulama yang memperbolehkan adzan saat pemakaman, dan sebagian yang lain tidak menganjurkannya. Dalam hal ini ahli fikih Ibnu Hajar al-Haitami berkata:


قَدْ يُسَنُّ الْأَذَانُ لِغَيْرِ الصَّلَاةِ كَمَا فِي آذَانِ الْمَوْلُودِ ، وَالْمَهْمُومِ ، وَالْمَصْرُوعِ ، وَالْغَضْبَانِ وَمَنْ سَاءَ خُلُقُهُ مِنْ إنْسَانٍ ، أَوْ بَهِيمَةٍ وَعِنْدَ مُزْدَحَمِ الْجَيْشِ وَعِنْدَ الْحَرِيقِ قِيلَ وَعِنْدَ إنْزَالِ الْمَيِّتِ لِقَبْرِهِ قِيَاسًا عَلَى أَوَّلِ خُرُوجِهِ لِلدُّنْيَا لَكِنْ رَدَدْته فِي شَرْحِ الْعُبَابِ وَعِنْدَ تَغَوُّلِ الْغِيلَانِ أَيْ تَمَرُّدِ الْجِنِّ لِخَبَرٍ صَحِيحٍ فِيهِ ، وَهُوَ ، وَالْإِقَامَةُ خَلْفَ الْمُسَافِرِ (تحفة المحتاج في شرح المنهاج  – ج 5 / ص 51)


“Terkadang adzan disunahkan untuk selain salat, seperti adzan di telinga anak yang lahir, orang yang kesusahan, orang yang pingsan, orang yang marah, orang yang buruk etikanya baik manusia maupun hewan, saat pasukan berperang, ketika kebakaran, dikatakan juga ketika menurunkan mayit ke kubur, dikiaskan terhadap saat pertama datang ke dunia. Namun saya membantahnya di dalam kitab Syarah al-Ubab. Juga disunahkan saat kerasukan jin, berdasarkan hadis sahih, begitu pula adzan dan iqamah saat melakukan perjalanan” (Tuhfat al-Muhtaj 5/51)

Di kitab lainnya Ibnu Hajar secara khusus menjelaskan masalah ini:

( وَسُئِلَ ) نَفَعَ اللَّهُ بِهِ بِمَا لَفْظُهُ مَا حُكْمُ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ عِنْدَ سَدِّ فَتْحِ اللَّحْدِ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ هُوَ بِدْعَةٌ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ سُنَّةٌ عِنْدَ نُزُولِ الْقَبْرِ قِيَاسًا عَلَى نَدْبِهِمَا فِي الْمَوْلُودِ إلْحَاقًا لِخَاتِمَةِ الْأَمْرِ بِابْتِدَائِهِ فَلَمْ يُصِبْ وَأَيُّ جَامِعٍ بَيْنَ الْأَمْرَيْنِ وَمُجَرَّدُ أَنَّ ذَاكَ فِي الِابْتِدَاءِ وَهَذَا فِي الِانْتِهَاءِ لَا يَقْتَضِي لُحُوقَهُ بِهِ . (الفتاوى الفقهية الكبرى  – ج 3 / ص 166)

“Ibnu Hajar ditanya: Apa hukum adzan dan iqamat saat menutup pintu liang lahat? Ibnu Hajar menjawab: Ini adalah bid’ah. Barangsiapa yang mengira bahwa adzan tersebut sunah ketika turun ke kubur, dengan dikiyaskan pada anak yang lahir, dengan persamaan akhir hidup dengan permulaan hidup, maka tidak benar. Dan dari segi apa persamaan keduanya? Kalau hanya antara permulaan dan akhir hidup tidak dapat disamakan” (al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra 3/166)

Tentu yang dimaksud bid’ah disini tentu bukan bid’ah yang sesat, sebab Ibnu Hajar ketika menyebut bid’ah pada umumnya menyebut dengan kalimat “al-Madzmumah”, atau “al-Munkarah” dan lainnya dalam kitab yang sama. Beliau hanya sekedar menyebut bid’ah karena di masa Rasulullah Saw memang tidak diamalkan.

Adzan Pertama Kali di Kubur

Sejauh referensi yang saya ketahui tentang awal mula melakukan adzan saat pemakaman adalah di abad ke 11 hijriyah berdasarkan ijtihad seorang ahli hadis di Syam Syria, sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh al-Muhibbi:

محمد بن محمد بن يوسف بن أحمد بن محمد الملقب شمس الدين الحموي الأصل الدمشقي المولد الميداني الشافعي عالم الشام ومحدثها وصدر علمائها الحافظ المتقن : وكانت وفته بالقولنج في وقت الضحى يوم الاثنين ثالث عشر ذي الحجة سنة ثلاث وثلاثين وألف وصلى عليه قبل صلاة العصر ودفن بمقبرة باب الصغير عند قبر والده ولما أنزل في قبره عمل المؤذنون ببدعته التي ابتدعها مدة سنوات بدمشق من افادته إياهم أن الأذان عند دفن الميت سنة وهو قول ضعيف ذهب إليه بعض المتأخرين ورده ابن حجر في العباب وغيره فأذنوا على قبره(خلاصة الأثر في أعيان القرن الحادي عشر – ج 3 / ص 32)

“Muhammad bin Muhammad bin Yusuf bin Ahmad bin Muhammad yang diberi gelar Syamsuddin al-Hamawi, asalnya ad-Dimasyqi, kelahiran al-Midani, asy-Syafii, seorang yang alim di Syam, ahli hadis disana, pemuka ulama, al-hafidz yang kokoh. Beliau wafat di Qoulanj saat waktu Dhuha, hari Senin 13 Dzulhijjah 1033. Disalatkan sebelum Ashar dan dimakamkan di pemakaman ‘pintu kecil’ di dekat makam orang tuanya. Ketika janazahnya diturunkan ke kubur, para muadzin melakukan bid’ah yang mereka lakukan selama beberapa tahun di Damaskus, yang diampaikan oleh beliau (Syaikh Muhammad bin Muhammad bin Yusuf) kepada mereka bahwa ‘adzan ketika pemakaman adalah sunah’. Ini adalah pendapat lemah yang dipilih oleh sebagian ulama generasi akhir. Pendapat ini ditolak oleh Ibnu Hajar dalam kitab al-Ubab dan lainnya, maka mereka melakukan adzan di kuburnya” (Khulashat al-Atsar 3/32)

Khilaf Ulama Syafiiyah

Diantara kalangan madzhab Syafiiyah sendiri masalah ini merupakan masalah yang diperselisihkan, ada yang tidak menganjurkan (namun tidak melarang) dan ada pula yang menganjurkan, sebagaimana yang diamalkan oleh umat Islam di Indonesia:
  • Syaikh asy-Syarwani:
ولا يندب الآذان عند سده خلافا لبعضهم برماوي اه (حواشي الشرواني – ج 3 / ص 171)

“Tidak disunahkan adzan saat menutup liang lahat, berbeda dengan sebagian ulama. Dikutip dari Syaikh Barmawi” (Hawasyai asy-Syarwani 3/171)
  • Syaikh Sulaiman al-Jamal:
وَلَا يُنْدَبُ الْأَذَانُ عِنْدَ سَدِّهِ وِفَاقًا لِلَأْصْبَحِيِّ وَخِلَافًا لِبَعْضِهِمْ ا هـ . بِرْمَاوِيٌّ . (حاشية الجمل – ج 7 / ص 182)

“Tidak disunahkan adzan saat menutup liang lahat, sesuai dengan al-Ashbahi dan berbeda dengan sebagian ulama. Dikutip dari Syaikh Barmawi” (Hasyiah asy-Jamal 3/171)
  • Syaikh Abu Bakar Syatha:
واعلم أنه لا يسن الاذان عند دخول القبر، خلافا لمن قال بنسبته قياسا لخروجه من الدنيا على دخوله فيها. قال ابن حجر: ورددته في شرح العباب، لكن إذا وافق إنزاله القبر أذان خفف عنه في السؤال.(إعانة الطالبين – ج 1 / ص 268)

“Ketahuilah bahwa tidak disunahkan adzan ketika masuk dalam kuburan, berbeda dengan ulama yang menganjurkannya, dengan dikiyaskan keluarnya dari dunia terhadap masuknya kea lam dunia (dilahirkan). Ibnu Hajar berkata: Tapi saya menolaknya dalam Syarah al-Ubab, namun jika menurunkan mayit ke kubur bertepatan dengan adzan, maka diringankan pertanyaan malaikat kepadanya” (Ianat ath-Thalibin 1/268)
Sumber: http://www.hujjahnu.com/2013/09/adzan-saat-pemakaman.html

Minggu, 23 April 2017

MA NU Karangdadap, satu satunya Madrasah Aliyah NU di Kab.Pekalongan




Ada dua hal yang menjadi karakter pokok dari Nahdlatul Ulama (NU) yaitu komitmen dan konsistensinya yang sangat tinggi terhadap ahlussunnah wal jamaah dan sekaligus terhadap kebangsaan. Tidak ada organisasi Islam di negeri ini bahkan di dunia Islam yang begitu gigihnya mendalami, mengajarkan dan mensiarkan Ahlussunnah wal jamaah kecuali NU. Selain itu ada satu hal lagi yang menjadi watak khas NU yaitu kesetiaannya kepada paham kebangsaan. Sejak diakuinya paham kebangsaan secara resmi dalam Muktamar NU ke-36 di Banjarmasin.

Untuk menyiapkan kader NU yang handal yang siap terjun ke masyarakat diperlukan pengetahuan yang cukup, baik penget. umum maupun penget. agama (Pesantren) akan tetapi akhir2 ini minat anak anak untuk menimba ilmu agama dipesantren mulai menurun (terutama setelah mereka tamat MTs/SMP) mereka lebih tertarik ke dunia kerja (SMK) yang menjanjikan kemudahan kerja dimasa depan, walaupun disana tidak diberikan "penget. umum yang cukup apalagi penget. agama, lebih2 penget.ttg ke NU an" sementara nasib seseorang (sulit mencari kerja atau mudah mencari kerja, kaya atau miskin, hidup kecukupan atau tidak, bahagia atau sengsara) itu semua rahasia Allah SWT.

Sebagai Solusi bagi generasi muda NU, carilah Sekolah atau Madrasah (SMA/SMK/MA) yang berlabel NU dimanapun anda berada. untuk wilayah Karangdadap dan sekitarnya ada baiknya masuk ke MA NU Karangdadap, disana disamping ada penget.umum ada penget.agamanya ada pengajian kitab kuningnya dan ke NU anya sangat kental.


Selasa, 18 April 2017

HARLAH NU Ke-94 (16 Rojab 1344 - 16 Rojab 1438) Hijriyah

Rangkaian Kegiatan 
Memperingati Hari Lahirnya Jam`iyyah Nahdlatul Ulama ke-94 
(menurut perhitungan kalender hijriyah) 
Majlis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama Karangdadap

A. Istighotsah
(16 Rojab 1438 H / 12 April 2017)

Diadakan Istighotsah yang diikuti oleh Pengurus MWC NU, Ranting NU dan Badan Otonom NU (baik PAC maupun Ranting) se MWC NU Karangdadap.

Istighotsah ini sengaja digelar di ruangan terbuka (depan kantor MWC NU Karangdadap) tanpa seng penutup, acara berjalan sesuai rencana dan alhamdulillah tidak turun hujan.

Acara Istighotsah di akhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua Tanfidziyah (H Asror Abd Rozaq) diberikan kepada Ro`is Syuriyah (KH Agus Salim)


 

Pra acara Istighotsah diisi dengan Sholawatan Simtudduror oleh Satkoryon Banser PAC GP Ansor Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan



B. Karnaval (Pawai Ta`aruf)
(18 Rojab 1438 H / 14 April 2017)


Kegiatan Karnaval (Pawai Ta`aruf) diikuti oleh seluruh Ranting NU dan Badan Otonomya (Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, dan IPNU-IPPNU)
 
Ranting NU dan Badan Otonom yang mengikuti Karnaval (Pawai Ta`aruf)
  1. Desa Logandeng bersama Marching Dram Band   MI Walisongo Logandeng
  2. Desa Jrebengkembang bersama Marching Dram Band MI Ma`arif NU Ar Rohmah
  3. Desa Kalilembu bersama Marching Dram Band MI Ma`arif NU Kalilembu
  4. Desa Pangkah bersama Kesenian Sholawat Walisongo
  5. Desa Kebonrowopucang (IPNU-IPPNU) bersama Tim Kreatif Robbul Wali
  6. Desa Kebonsari (IPNU-IPPNU dan GP Ansor) bersama Kesenian Sholawat Anglung
  7. SMP NU Karangdadap bersama Marching Dram Band SMP NU Karangdadap
  8. MA NU Karangdadap (Pasukan Pembawa Bendera NU dan Merah Putih) bersama Kesenian Beladiri LPS Pagar Nusa) 
 
  Panggung Kehormatan MWC NU Kecamatan Karangdadap
(Sejumlah Pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah serta Panitia Pelaksana)
 
 
 
       MA NU Karangdadap berada di garis Depan 
(LPS Pagar Nusa dan Pasukan Pembawa Bendera Merah Putih dan NU)
 



MA NU Karangdadap berada di garis Depan 
(LPS Pagar Nusa dan Pasukan Pembawa Bendera Merah Putih dan NU)



MI Ma`arif NU Kalilembu Kec. Karangdadap
(Group Marching Band Gema MIM NU Kalilembu)
 
 

MI Walisongo Logandeng Kec. Karangdadap
(Group Marching Band Emilda Buana MIWS Logandeng)
 
 
  Ranting NU Pangkah Kec. Karangdadap
(Group Kesenian Sholawat "Lintang Songo" Desa Pangkah)
 
  Ranting NU Pangkah Kec. Karangdadap
(Group Kesenian Sholawat "Lintang Songo" Desa Pangkah)
 
 
Ranting NU Pangkah Kec. Karangdadap
(Group Kesenian Sholawat "Lintang Songo" Desa Pangkah)
 
 
  Ranting NU Pangkah Kec. Karangdadap
(Group Kesenian Sholawat "Lintang Songo" Desa Pangkah)
 
 
 SMP NU Karangdadap Kabupaten Pekalongan
(Group Marching Band SMP NU Karangdadap Pekalongan)
 
  SMP NU Karangdadap Kabupaten Pekalongan
(Group Marching Band SMP NU Karangdadap Pekalongan)
 
 
 
  MI Ma`arif NU "Ar Rohmah Jrebengkembang
(Group Marching Band MI Ma`arif NU "Ar Rohmah Jrebengkembang)
 
 
 
  Ranting NU Kebonrowopucang Kec. Karangdadap
(Kreatifitas PR IPNU-IPPNU dengan Ikon Garuda Pancasila)
 
 
  Ranting NU Kebonrowopucang Kec. Karangdadap
(Kreatifitas PR IPNU-IPPNU dengan Ikon Garuda Pancasila)
 
 
  Ranting NU Kebosari Kec. Karangdadap
(IPNU-IPPNU dan Group Kesenian Sholawat Anglung)
 
 
Ranting NU Kebosari Kec. Karangdadap
(IPNU-IPPNU dan Group Kesenian Sholawat Anglung)
 
  Ranting NU Kebosari Kec. Karangdadap
(IPNU-IPPNU dan Group Kesenian Sholawat Anglung)
 
 
 
C. Kopdar (Kopi Darat/Bertatap Muka) Netezen NU
 (18 Rojab 1438 H / 14 April 2017)

Pengertian Netizen, menurut Internet Dari gabungan kata Internet dan citizen (warga, penduduk), Netizen adalah pengguna Internet, atau juga disebut-sebut sebagai penghuni yang aktif terlibat di komunitas online di Internet.
 
Kopi Darat (Kopdar) Netizen NU yang diinisiasi oleh Sekjen PBNU, Rabu (28/12) di Gedung PBNU Jakarta mendapat respon luar biasa dari para pemuda dan aktivis media sosial. Ratusan aktivis hadir untuk membahas perkembangan dunia maya sekaligus pembaruan strategi dakwah Islam moderat.


Helmy Faishal (Sekjen PBNU) mengawali sambutan dalam pertemuan ini. Ia memberikan beberapa data yang menjelaskan bahwa pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 132,7 juta atau sekitar 51,8 persen.

“Ada tiga isu yang dihadapi saat ini di dunia maya yaitu terorisme global, kapitalisme liberal, dan ekonomi. Tapi saya ingin fokus di permasalahan pertama,” ujar Helmy.

Dia menjelaskan kecenderungan masyarakat dunia maya (netizen) yang ingin menjauhkan NU dari jamaahnya dan menjauhkan nilai-nilai pesantren dari masyarakat Indonesia. Hal itu terbukti dengan menyebarkan konten-konten palsu (hoax) yang kerap ditelan menteh-mentah oleh netizen.

Dalam hal ini MWC NU Karangdadap melalui koordinatornya (M Mustaqim) mencoba mengadakan acara Kopdar netezen NU dengan mengundang temen temen netezen NU di tingkat wilayah dan kabupaten (M  Adzim, Yusrol, dam Masroni)

 



 
 
 
D. Apel Akbar Kader Penggerak NU se Jateng di Pantai Petanahan Kebumen
 (19 - 20 Rojab 1438 H / 15 - 16 April 2017)

MWC NU Karangdadap mempunyai Kader Penggerak NU sebanyak 70 Kader yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan Karangdadap, namun karena situasi dan kondisinya SMP NU masih menghadapi Ujian Sekolah dan sebagian kader mempunyai acara yang tidak bisa ditinggalkan, maka dari MWC NU Karangdadap hanya 28 kader NU yang bisa berangkat ke Kebumen untuk mengikuti Istighotsah dan Apel Kesetiaan NU dan NKRI.

   
Dari MWC NU Karangdadap berangkat ke PCNU Kab.Pekalongan hari Sabtu jam 10.25 WIB, dari PCNU berangkat bersama sama dengan utusan MWC NU yang lain jam 11.00 WIB, sampai di pantai Petanahan Kebumen jam 17.45 WIB.

Di perjalanan sempat istirahat (sholat Dhuhur-Ashar) di masjid Ceng Ho Purwakarta


Malam Ahad 16 April 2017 semua Kader Penggerak NU tumplek blek di lokasi Istighosah yang berada di bibir pantai petanahan Kebumen, habis istighotsah setelah membersihkan sampah2 istirahat tiduran di pasir lokasi istighotsah, hingga sebagian tertidur beneran karena lelah





Pagi harinya setelah sholat subuh, mencari tempat mandi di sekitar pantai (yang ternyata semua MCK antrianya panjang sekali) walau sampai terang benderang Alhamdulillah semua bisa di lalui (akhirnya mandi juga).

Setelah semua rapi dan siap ke bibir pantai lagi untuk melaksanakan APEL KESETIAAN NU dan NKRI waktunya sarapan dan ngopi dulu


Seusai sarapan semua menuju bibir pantai untuk mengikuti Apel Akbar bergabung dengan semua kader yang hadir di sana, semua tumpah ruah dengan ombak laut selatan yang setia menemani




Sambil mendengarkan mauidhoh dari PBNU (KH As`ad Ali Aqil Siroj, MA) sebagian menikmati indahnya deburan ombak laut selatan (Petanahan Kebumen)


 
Usai Apel Kesetiaan Kader Penggerak NU se Jawa Tengah dengan dibacakanya Ikrar Sumpah janji Kader semua bubar menuju parkir masing masing, sekaligus makan siang (nasi bungkus) yang telah disediakan oleh masyarakat Nahdliyyin Kebumen

inilah Ikrar Kesetiaan Kader Penggerak NU 


Makan siang sebelum meninggalkan Pantai Petanahan Kebumen, rasanya nikmat dan lezat walau hanya nasi bungkus pemberian masyarakat Nahdliyyin setempat
 





Akhirnya semuanya pulang ke wilayah masing masing, untuk rombongan dari MWC NU Karangdadap, pulangnya lewat Wonosobo, Dieng, Kalibening terus ke Kajen,. Alhamdulillah sampai kantor MWC NU Karangdadap jam 19.45 WIB dengan selamat

Dekian rangkaian kegiatan Hari Lahir NU yang ke-94, terima kasih  ......